Jumat, 12 November 2010

TQM PENDIDIKAN

BAB I. PENDAHULUAN

A. Ringkasan Artikel

126 Unit Depdiknas Raih Sertifikat ISO
Seputar Indonesia, Sabtu 18 Oktober 2008

Mendiknas Bambang Sudibyo menyatakan, 126 dari 136 unit di lingkungan Depdiknas telah menerima sertifikat ISO. Ditargetkan, pada akhir tahun semua unit telah bersertifikat ISO, terutama Badan Akreditasi Nasional (BAN) dan Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BNSP), Hal ini membuktikan Depdiknas telah mengelola keuangan secara transparan dan akuntabel.
Depdiknas masih membenahi sistem keuangan dan pengelolaan aset yang diakui Bambang masih lemah. Selama ini pengelolaan akutansi belum dianggap penting dan krusial.
Diketahui sebelumnya, berdasarkan hasil pemeriksaan BPK terhadapa Depdiknas hingga semester II/2007, ICW menemukan penyimpangan pengelolaan aset di Depdiknas sebesar Rp.815,570miliar. Upaya pembenahan keuangan ini disambut positif oleh Koordinator Pelayanan Publik ICW, Ade Ira Irawan. Namun pembenahan aset dan keuangan sebaiknya dilakukan secara holistik dan berkesinambungan, tidak hanya parsial.

B. Perumusan Masalah dalam Artikel
Kinerja berbagai lembaga pemerintahan sangat memprihatinkan, mulai dari jam kerja yang sangat longgar hingga masalah suap yang dilakukan oleh hampir semua level pegawai, termasuk di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional. Hal ini disebabkan karena lemahnya sistem yang mengatur pola kerja dan pengawasan. Tentu saja lemahnya kinerja ini sangat dirasakan oleh semua ’pelanggan’ yang memerlukan pelayanan, baik dari pihak karyawan itu sendiri, guru, siswa, dan masyarakat secara umum.
Dilain pihak, era globalisasi menuntut tersedianya sumber daya manusia yang benar- benar siap berkompetisi. Lembaga-lembaga pendidikan, pemerintah dan masyarakat harus mampu mempersiapkan generasi yang kompeten, bermutu, memiliki integritas dan profesional sehingga mampu menjadi subjek, tidak sekedar objek dalam percaturan dunia global.
Oleh karena itu profesionalisme harus dimulai kinerja pemerintah, dalam hal ini Depdiknas, serta lembaga pendidikan lainnya, yang diwujudkan dalam bentuk penerapan sistem manajemen mutu. Untuk berkompetisi di dalam negeri, mungkin akreditasi dari BAN sudah mencukupi, namun bila ingin diakui di negara-negara lain, perlu menerapkan sistem manajemen mutu lainnya, misalnya ISO.

C. Pemecahan Masalah

Penerapan sistem manajemen mutu, yang selama ini diterapkan di industri, mutlak perlu di adopsi oleh lembaga pemerintahan, termasuk di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional. Dengan mengaplikasikan sistem mutu, misalnya ISO, dan dikukuhkan dengan sertifikasi, diharapkan kinerja dan transparansi lembaga pendidikan menjadi lebih baik dan memberikan pelayanan terbaik demi kemajuan pendidikan bangsa.
Meskipun dalam artikel hanya disorot masalah akuntabilitas keuangan yang lebih transparan setelah sertifikasi ISO, namun aspek yang diharapkan meningkat setelah proses sertifikasi ini tidak hanya pada masalah keuangan, tetapi juga kinerja secara umum.

D. Tujuan Kajian
Tujuan yang ingin dicapai dalam kajian ini adalah untuk memberikan gambaran bahwa sistem manajemen mutu harus diterapkan di lingkungan Pendidikan Nasional agar kinerja lembaga lebih profesional dan outcome yang dihasilkan lebih baik.

BAB II. LANDASAN TEORITIK



A. Konsep Dasar Manajemen Mutu Terpadu

Menurut Sallis1, Total Quality Management adalah sebuah filosofi tentang perbaikan secara terus menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan para pelanggannya, saat ini dan untuk masa yang akan datang.
Sementara Patricia Kovel-Jarboe dalam Syafaruddin2 menyatakan bahwa manajemen mutu terpadu adalah suatu filosofi komprehensif tentang kehidupan dan kegiatan organisasi yang menekankan pada perbaikan berkelanjutan sebagai tujuan fundamental untuk meningkatkan mutu, produktivitas dan mengurangi pembiayaan. Adapun istilah yang bersamaan maknanya dengan TQM adalah Continous Quality Improvement (CQI) atau perbaikan mutu berkelanjutan.
Manajemen mutu terpadu menurut Syafaruddin 3 adalah suatu teori ilmu manajemen yang mengarahkan pimpinan organisasi dan personelnya untuk melakukan program perbaikan mutu secara berkelanjutan yang terfokus pada pencapaian kepuasan (expectation) para pelanggan.
Dengan demikian, Total Quality Management adalah suatu konsep managemen dengan berlandaskan keinginan untuk memuaskan pelanggan yang hanya dapat terpenuhi dengan perbaikan yang berkelanjutan.

1. Edward Sallis, Total Quality Managemen in Education Terjemahan Ahmad Ali Riyadi – Manajemen Mutu Pendidikan, (Jogjakarta: IRCiSoD, 2008) p.73
2. Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Konsep Strategi dan Aplikasi, (Jakarta: Grasindo, 2002), p. 29
3. Ibid, p.31

B. TQM dalam Pendidikan

Keberadaan manajemen mutu terpadu dalam pendidikan buanlah suatu strategi manajemen yag tiba-tiba muncul tetapi telah dilatar belakangi perkembangan scientific managemen dan perkembangan dunia industri di Jepang, Amerika dan Inggris.
Semua ini memunculkan alasan rasional bagi penerapannya dalam dunia pendidikan mengingat fleksibilitas konsep manajemen mutu terpadu untuk diadopsi para pengelola pendidikan. Apalagi pengelolaan sekolah juga memliki karakteristik pelanggan (internal dan eksternal) dan pendidikan memerlukan tindakan proaktif untuk melakukan perbaikan terus menerus terhadap mutu lulusannya agar sesuai dengan harapan pelanggan pendidikan.
Menurut Sallis4 , pendidikan adalah jasa yang berupa proses pembudayaan. Pengertian ini berimpikasi pada adanya pemasukan (input) dan keluaran (output). Masukan adalah peserta didik, sarana, prasarana dan lingkungan. Sedangkan keluaran adalah lulusan atau alumni, mungkin hasil penelitian pelayanan profesional dari perguruan tinggi yang kemudian menjadi ukuran mutu5 dan produk yang diberikan lembaga pendidikan adalah jasa pelayanan. Mutu jasa pelayanan pendidikan sangat tergantung pada sikap pemberi pelayanan di lapangan dan sikap serta harapan pemakai jasa pendidikan.
Dalam buku yang sama Sallis menyatakan bahwa pelanggan dalam dunia pendidikan terdiri dari pelanggan internal dan pelanggan eksternal.
1. Pelanggan internal, setiap orang yang bekerja dalam institusi memberikan jasa seperti karyawan dan staf. Hubungan internal yang kurang baik akan menghalangi perkembangan institusi dan akhirnya membuat pelanggan eksternal menderita.
4. Edward Sallis, Total Quality Managemen in Education Terjemahan Ahmad Ali Riyadi – Manajemen Mutu Pendidikan, (Jogjakarta: IRCiSoD, 2008) p.85
5. Mutu adalah sifat-sifat jasa dan hasil yang sesuai dengan dan bahkan melebihi harapan, keinginan dan kebutuhan para pelanggan, baik masa kini maupun pada masa yang akan datang

Salah satu tujuan TQM adalah untuk merubah institusi yang mengoperasikannya menjadi sebuah tim yang ikhlas, tanpa konflik dan kompetisi internal untuk meraih tujuan tunggal yaitu memuaskan pelanggan.

2. Pelanggan eksternal
- Pelanggan utama adalah pelajar yang secara langsung menerima jasa.
- Pelanggan kedua adalah orang tua, atau sponsor yang memiliki kepentingan langsung secara individu maupun institusi.
- Pelanggan ketiga yaitu pihak yang memiliki peran penting seperti masyarakat dan pemerintah.






BAB III. PEMBAHASAN


Seperti halnya dunia industri, sudah saatnya institusi pendidikan mengembangkan sistem mutu agar dapat membuktikan kepada publik bahwa mereka dapat memberikan layanan yang baik. Mutu bukanlah suatu gagasan yang dirancang untuk menambah beban guru dan institusi. Mutu, khususnya Total Quality Management (TQM), merupakan sebuah filosofi dan metodologi yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan eksternal. Esensi TQM adalah perubahan budaya (change of culture). Perubahan budaya akan terwujud jika semua staf pendidik merasa yakin bahwa pengembangan mutu akan membawa dampak positif bagi mereka dan akan menguntungkan para anak didik.
Peningkatan mutu menjadi semakin penting digunakan untuk memperoleh kontrol yang lebih baik. Instistusi pendidikan harus menunjukan bahwa mereka mampu memberikan pendidikan yang bermutu pada peserta didik. Fokus terhadap pelanggan, dalam dunia pendidikan berarti peserta didik, yang merupakan poin inti dari mutu, merupakan salah satu cara paling efektif dalam menghadapi kompetisi dan bertahan di dalamnya.
Untuk mencapai kepuasan pelanggan pendidikan hari ini dan masa depan, maka hal yang mendasar untuk diperhatikan adalah pengembangan manajemen yang kuat, tim manajemen dalam rencana spesifikasi, penyampaian hasil mutu organisasi, visi dan misi yang jelas, strategi dan tujuan yang jelas, pembiayaan sekolah, pemanfaatan lulusan dan operasional rencana, terutama pengembangan kurikulum secara berkelanjutan.
Mutu bukanlah sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba dan muncul dihadapan para guru, karyawan dan kepala sekolah. Mutu harus direncanakan. Karena itu ada trilogi mutu, yaitu perencanaan mutu, pengawasan mutu dan perbaikan mutu. Mutu terpadu (total quality) adalah sesuatu yang diraih dengan berkelanjutan yang berarti setiap orang dalam organisasi dilibatkan dalam mencapai produk yang diharapkan dengan pelayanan terhadap pelanggan.
Perolehan sertifikat ISO pada unit-unit di lingkungan Depdiknas menunjukkan bahwa proses yang dijalankan di unit tersebut telah memenuhi standar. Salah satu konsep yang ada dalam standar adalah bahwa sistem mutu harus dapat menghasilkan produk dan mutu yang konsisten dan meyakinkan. Produk di lingkungan unit Depdiknas menunjukkan jasa dan pelayanan yang diberikan, sedangkan pada lembaga pendidikan cenderung merujuk pada siswa atau pelajar.
Dalam artikel diatas dinyatakan bahwa transparansi dan akuntabilitas keuangan di unit-unit Depdiknas akan semakin baik dengan perolehan sertifikat ISO. Dengan harapan tidak akan terjadi lagi penyimpangan-penyimpangan penggunaan dana yang disinyalir oleh ICW.
Divisi atau bagian keuangan merupakan salah satu unit yang ada dalam sebuah lembaga. Prinsip dasar suatu sistem mutu adalah bagaimana mengatur dan mendokumentasikan seluruh aspek kegiatan secara konsisten mulai dari awal hingga akhir proses. Seluruh kegiatan tercatat dengan lengkap dan rapi, karena jika ada penyimpangan, penyebabnya harus dapat ditelusuri berdasarkan data yang ada. Dengan demikian, perolehan sertifikat ISO berimplikasi pada kinerja yang baik pada semua bagian, tidak hanya bagian keuangan saja. Seharusnya, kualitas pelayanan jasa atau produk yang dihasilkan oleh unit Depdiknas tersebut akan lebih baik juga.
Suatu hal yang sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam penerapan sistem mutu adalah perubahan budaya. Staf dalam institusi harus memahami dan melaksanakan pesan moral TQM agar membawa dampak. Dua hal yang dilakukan staf untuk menghasilkan mutu:
1. Staf membutuhkan lingkungan yang cocok untuk bekerja, misalnya sistem dan prosedur yang dapat memotivasi dan meningkatkan kinerja
2. Staf memerlukan lingkungan yang mendukung dan menghargai kesuksesan dan prestasi yang mereka raih. Mereka memerlukan pemimpin yang dapat menghargai prestasi dan membimbing mereka untuk meraih sukses yang lebih besar.
TQM adalah sebuah kerja keras untuk mengembangkan kultur mutu dan diperlukan waktu. TQM membutuhkan mental juara yang mampu menghadapi tantangan dan perubahan dalam pendidikan. TQM mengharuskan kesetiaan jangka panjang staf senior terhadap institusi karena tidak menutup kemungkinan manajemen senior sendiri bisa menjadi problem, misalnya dengan sikap kembali pada metode manajemen tradisional. Mutu harus selalu menjadi prioritas utama dalam agenda. Dalam hal ini perencanaan strategis memiliki peranan penting dan membantu staf untuk memahami misi institusi serta menjembatani jurang dalam komunikasi.



BAB IV. KESIMPULAN


Total Quality Management (TQM) atau Manajemen Mutu Terpadu merupakan sebuah pendekatan praktis namun strategis dalam menjalankan roda organisasi yang memfokuskan diri pada kebutuhan pelanggan dan kliennya. Tujuannya adalah untuk mencari hasil yang lebih baik.
TQM sangat diperlukan di segala bidang. Kaitannya dengan pendidikan, pada dasarnya TQM adalah proses yang berkaitan dengan perbaikan secara terus menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelanggannya, saat ini dan untuk masa yang akan datang.
Perolehan sertifikat ISO pada unit-unit di lingkungan Depdiknas menunjukkan bahwa proses yang dijalankan di unit tersebut telah memenuhi standar. Salah satu konsep yang ada dalam standar adalah bahwa sistem mutu harus dapat menghasilkan produk dan mutu yang konsisten dan meyakinkan. Dengan demikian, perolehan sertifikat ISO berimplikasi pada kinerja yang baik pada semua bagian, baik keuangan maupun kualitas pelayanan jasa atau produk yang dihasilkan..

DAFTAR PUSTAKA
Sallis, Edward. Total Quality Managemen in Education Terjemahan Ahmad Ali Riyadi – Manajemen Mutu Pendidikan, Jogjakarta: IRCiSoD, 2008

Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Konsep Strategi dan Aplikasi, Jakarta: Grasindo, 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar