Kamis, 21 Oktober 2010

(Down load file Hakikat Hehidupan, klik disini)


EKA DEWI NURAENI
EKA DEWI NURAENI
Program Pasca Sarjana Universitas Pakuan
NPM: 072108192/Kel. A2 2008-2009




HAKIKAT KEHIDUPAN
Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan

Kelahiran atau kematian merupakan peristiwa yang selalu terjadi di dalam kehidupan.  Kelahiran seorang bayi biasanya disambut dengan sukacita dan rasa syukur.  Pernahkah terlintas, apa yang telah dialami oleh bayi tersebut sebelum lahir ke dunia ini?
Tatkala bayi tumbuh dan menjadi manusia dewasa, apa yang akan diperbuatnya?Membangun peradaban atau malah menghancurkannya? Apa yang harus dimiliki agar manusia tersebut dapat menjaga dan melestarikan kehidupan?
Sebaliknya, kematian disambut dengan kesedihan karena berarti kehilangan.  Timbul pertanyaan, apa yang akan terjadi setelah kematian? Adakah kehidupan setelah kematian?
Manusia sangat memerlukan pemahaman tentang filsafat hidup dan tujuan penciptaan, karena dengannya ia berbuat dan berperilaku di dunia ini.  Dunia, yang secara nyata dapat dinilai sebagai suatu alam dimana kehidupan senantiasa berputar dengan segala kesenangan dan kepahitannya, gelanggang dimana manusia dilepas untuk memainkan peranan tertentu yang dipilihnya.
Pertanyaan yang berhubungan dengan filsafat kehidupan dan tujuan pencipataan bukan lah hal baru bagi manusia.  Jawaban atas pertanyaan ini telah diberikan oleh para filosof terdahulu dan bervariasi tergantung dari penafsiaran mereka atas kehidupan hakiki manusia.


Apakah hakikat kehidupan ini?

Telaah kehidupan menghasilkan jawaban terhadap Hakikat kehidupan sebagai berikut:
·         Penganut Materialisme/Naturalisme berpendapat bahwa realita yang ada hanyalah alam semesta badaniah (nature), tidak mengakui adanya kenyataan kejiwaan atau spiritual. Manusia mampu mengurus dirinya sendiri, bertanggung jawab atas dirinya sendiri karena usahanya sendiri.  Tidak ada kekuatan diluar manusia, termasuk kekuatan dewa atau Tuhan
·         Menurut penganut Idealisme, hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegensi.  Dunia yang tampak hanyalah maya atau impian belaka.  Apa yang nampak sebenarnya ekspresi dari roh dalam bentuk yang berwujud yang dapat diamati oleh alat indra
·         Realisme mengakui adanya dua macam hakikat, yaitu dunia batin dan dunia materi, atau dunia subjek dan dunia objek.  Sesuatu itu benar manakala ada pengetahuan kita berkorespondensi dengan dunia diluar kesadaran kita.
·         Kaum Pragmatis (John Dewey dll), secara terus terang mengakui bahwa mereka tidak dapat mengetahui hakikat dunia atau alam semesta.  Mereka melihat bahwa alam semesta ini setiap saat berubah karena hukum waktu.  Tidak ada sesuatupun yang tahan dari pengaruh waktu, bahkan ilmu dan pengetahuan manusia tentang kebenaran dan nilai.  Apa yang kemarin dinyatakan benar, belum tentu benar pada keesokan harinya.  Kebenaran diukur dengan criteria apakan pernhataan itu bersifat fungsional dalam kehidupan praktis, artinya sesuatu itu benar jika memiliki kegunaan dalam kehidupan.
Di lain pihak, hakikat kehidupan tidak dapat terlepas dari hakikat manusia sebagai pengelola alam semesta ini.    Menurut pandangan lama, manusia pada hakikatnya adalah:
1.    Homo sapiens, manusia adalah makhluk yang berbudi, makhluk yang memiliki pertimbangan-pertimbangan sebelum bertindak, dan bijaksana
2.    Homo faber, manusia adalah makhluk kreatif.  Manusia mempunyai kemungkinan untuk berkreasi sehingga dapat menciptakan sesuatu dan membuat kehidupan ini dinamis
3.    Homo rational, manusia adalah makhluk berakal.  Dengan akalnya manusia mampu berfikir untuk membuat keputusan yang nalar (logis)
4.    Homo religious, manusia adalah makhluk bertuhan.  Manusia  mengakui diluar kekuasaannya masih ada   yang maha kuasa, Tuhan
Menurut pandangan baru, ada beberapa pendapat tentang manusia, antara lain:
1.    Menurut pandangan aliran ilmu jiwa psikoanalitik, manusia adalah makhluk yang digerakkan oleh dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instinktif
2.    Psikologi humanistik mengatakan bahwa manusia adalah makhluk rasional yang tersosialisasikan dan dalam kehidupannya manusia sangat tergantung kepada
manusia itu sendiri, tiada pihak luar manapun yang dapat mempengaruhi manusia.  Dengan rasionya mereka dapat memecahkan segala persolan hidup
3.    Psikologi behavioristik berpendapat bahwa manusia adalah makhluk reaktif yang tingkah lakunya dikendalikan oleh faktor-faktor yang datang dari luar
4.    Menurut pandangan Pancasila, manusia adalah makhluk yang tersusu trimonodualisme, yaitu kesarwatunggalan antara tiga monodualisme: jiwa-raga, individu-makhluk sosial, dan pribadi sendiri-makhluk Tuhan
Masing-masing pendapat memiliki dasar dan landasan logis, sesuai dengan latar belakang ideologi yang mereka yakini.  Namun di luar itu semua, hakikat kehidupan ini adalah misteri.  Tidak ada seorang pun yang tahu apa yang terjadi sebelum dan sesudah kehidupan di dunia ini.  Itulah keterbatasan pengetahuan manusia untuk memahami dan mengenal dirinya dengan benar serta terhadap hal-hal yang tidak terlihat secara nyata (ghaib).  Oleh karena itu, selain akal, diperlukan keyakinan berlandaskan keimanan dengan rujukan Ilahiyah, kitab suci dan berita yang dibawa rasul.
Manusia terdiri dari ruh dan tanah yang dilengkapi dengan potensi hati, akal dan jasad.  Potensi manusia ini memiliki kelebihan dan keutamaan dibanding makhluk lainnya.  Dengan hati manusia berniat, dengan akal manusia berilmu dan dengan jasad, manusia beramal; serta  ditundukannya alam ini baginya. 
Kelebihan-kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia bukannya tanpa maksud.  Misalnya, bila diibaratkan sebuah pabrik telepon genggam memproduksi dua jenis HP,  A dan B.  HP A hanya disiapkan untuk bertelepon dan sms saja, sementara jenis B dilengkapi fitur internet, camera dan entertaintment.  Tentunya sang produsen berharap jenis B memiliki fungsi lebih dari sekedar bertelepon.
Demikianlah, Allah dengan sengaja memberikan akal dan hati karena manusia memiliki tugas lebih banyak dari makhluk lainnya di muka bumi ini. Segala kehidupan ini pada hakekatnya disediakan Allah untuk dikelola oleh manusia.  Kelebihan dan kemuliaan manusia ini disediakan untuk menjalankan amanah beribadah dan menjalankan fungsi khalifah di muka bumi, mengatur alam dan seisinya. Kehidupan ini adalah ujian apakah fungsi kekhalifahan telah dijalankan dengan benar. Peranan dan tugas yang dilakukan ini akan mendapatkan balasan yang sesuai yang akan diterima setelah kehidupan ini berakhir (alam akhirat)
 “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.”
(QS. Al Kahfi, 18: 7)
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
(QS. Al Mulk, 67: 2)


Mengapa kehidupan ini terjadi?

Apakah kehidupan ini terjadi seperti menurut teori Spontaneous generation yang menyatakan bahwa kehidupan berasal dari benda mati, sebagaimana halnya lalat yang berasal dari daging busuk?
Atau menurut evolusi kimia dari Oparin & Haldane, bahwa kehidupan ini dimulai dari reaksi air laut dengan senyawa-senyawa di  udara seperti hidrogen, formaldehid, urea; dengan mendapat energi dari sinar matahari, petir atau gunung berapi; menghasilkan gula sederhana dan asam amino, sebagai cikal bakal terbentuknya makhluk hidup??
Atau menurut teori evolusi dan seleksi alam Darwin, bahwa kehidupan ini dimulai dari makhluk bersel satu yang kemudian terus berevolusi menjadi makhluk yang lebih kompleks sampai akhirnya terbentuk manusia???
Atau menurut penganut Materialisme, bahwa manusia telah menjalani evolusi dari keadaan benda materiil dan zat anorganis menjadi makhluk yang mempunyai kesadaran, yang mampu mengurus dirinya sendiri????
Sesungguhnya sangat mustahil kehidupan ini terjadi secara kebetulan.  Sangat mustahil cara kerja sebuah sel yang sangat rumit dan teratur dengan proses biokimia tingkat tinggi hanya merupakan hasil evolusi dari benda-benda mati.  Apalagi cara kerja jaringan, organ, system dalam tubuh, kejadian di bumi bahkan keteraturan jagat raya, terjadi begitu saja tanpa ada yang menciptakan dan mengaturnya.  .
Firman Allah dalam Al-Qur’an:
“Dia yang menciptakan langit dan bumi dalam 6 hari (6 masa tertentu).  Kemudian Dia bersemayam di atas arsy” (QS Al-Hadiid : 4)
Ayat di atas menandakan bahwa Allah-lah pencipta langit dan bumi, termasuk kehidupan di dalamnya, dan tidak benar ketika ada orang yang mengatakan bahwa kehidupan ini ada dengan sendirinya.  Demikian pula teori-teori ilmuwan lain mengenai penciptaan alam semesta yang menampik keberadaan Allah sebagai satu-satunya yang terlibat dalam penciptaan itu, seperti pendapat para penganut paham sosialis komunis. 
Lantas, mengapa kehidupan ini terjadi?  Sangat terlihat bahwa makhluk yang dapat mengambil faedah dari kehidupan ini adalah manusia. Bahkan seorang pakar astronomi mengatakan bahwa alam ini diciptakan hanya untuk kepentingan manusia.  Hal ini disebabkan kerena semua manfaat penciptaan hanya dapat dikelola dan digunakan oleh manusia.   
 
Bagaimana seharusnya kehidupan ini berlangsung?

Manusia memiliki kedudukan yang unik dibandingkan dengan makhluk lain.  Keberadaan manusia berbeda dengan keberadaan benda-benda atau makhluk lain.  Keberadaan (eksistensi) manusia bukan berada dalam arti pasif, tetapi berada dalam keadaan aktif.  Manusia aktif berusaha untuk menciptakan suasana hidup yang lebih baik dari suasana sebelumnya.  Manusia dapat mempengaruhi tempat mereka berada (masyarakat), sesuai dengan peranannya, yaitu untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik, menyenangkan dan membahagiakan. 
Menurut Erich Fromm, manusia memiliki orientasi having dan being.  Dengan orientasi having, manusia menjadikan objek sebagai sesuatu yang dikuasai, misalnya keinginan untuk menguasai teknologi dan memiliki sesuatu.  Orientasi being adalah proses mencari makna dalam hidup, yang menjadikan manusia berdedikasi terhadap sesuatu.  Orientasi having harus terintegrasi dengan orientasi being, karena jika tidak terpadu, akan terjadi  dehumanisasi.  Sebagai contoh, bila orientasi having lebih mendominasi, ilmu pengetahuan dikembangkan untuk mencari keuntungan sepihak yang mungkin akan menimbulkan kerusakan.
Salah satu fenomena penting yang terdapat dalam jiwa manusia adalah kecenderungan mengambil keuntungan dan manfaat.  Berpijak pada kecenderungan ini, manusia senantiasa mencari keuntungan dan manfaat bagi dirinya sendiri dan terkadang untuk mewujudkannya tak segan-segan ia merampas hak-hak orang lain dengan serakahnya dan tanpa perasaan malu.
Manusia sebagai khalifah dapat menggunakan potensinya untuk memelihara alam.  Khalifah adalah yang diamanahkan untuk membangun dan memelihara alam, bukan sebagai pemilik yang sebenarnya.  Khalifah harus menjalankan tugasnya sesuai dengan apa yang telah diperintahkan dan tidak menentang peraturan–peraturan yang telah Allah tetapkan. 
Dengan demikian, potensi akal yang sungguh luar biasa yang dapat mengubah kehidupan ini sesuai dengan kehendak manusia, harus dikendalikan dengan potensi  hati yang telah diwarnai kesadaran dan cita-cita etis untuk kemaslahatan  kehidupan.  Manusia harus menguasai dirinya sendiri sehingga selalu terkontrol, arif dan berlandaskan moral yang kukuh.  Tanpa moral, kewenangan manusia pasti akan bersifat destruktif. 
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya (Al- Kahfi : 7
  
Kemana kehidupan ini harus dikendalikan?

Manusia sebagai sosok yang kompleks, penuh ambisi dan keinginan, dengan segala potensi dan kelemahannya, akan selalu berusaha mengubah lingkungan agar dapat hidup lebih nyaman dan bahagia. Namun apabila keinginan untuk berperan menciptakan keadaan yang lebih nyaman dan membahagiakan itu tidak didasarkan atas aturan permainan, akan mencelakakan hidup dan kehidupan manusia, bahkan memusnahkan dunia dengan segala isinya.  Untuk itulah perlu adanya aturan atau norma.  Manusia memiliki norma-norma pergaulan yang bersumber pada religi, agama, hukum maupun adat istiadat atau kebiasaan.  
Norma yang diciptakan oleh manusia sudah pasti didasari untuk pemenuhan kebutuhan dirinya atau kaumnya.  Sebagai contoh, pada jaman kejayaannya, kaum kapitalis menciptakan norma yang mengatur kehidupan untuk memperkuat kedudukan dan posisi mereka.   Kaum buruh yang tertekan dengan norma kaum kapitalis tidak akan diam saja dan ketika mendapatkan kemenangan, maka mereka menciptakan norma untuk kepentingannya.  Demikianlah, ketika norma yang diikuti merupakan ciptaan manusia, maka akan selalu terdapat konflik kepentingan yang merugikan sebagian kalangan yang berseberangan dengan pencipta norma.
Sungguh, hanya dengan mengikuti norma yang diciptakan Allah-lah kehidupan ini harus dikendalikan.  Dengan norma ini, insya Allah semua kepentingan terwakili dan peranan manusia sebagai khalifah dalam mengelola kehidupan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Dengan kekuatan apa kehidupan ini dikendalikan?

Manusia, hewan dan tumbuhan merupakan makhluk hidup yang terdapat di muka bumi ini. Ciri-ciri makhluk hidup pada umumnya adalah:
1.    Mempunyai dorongan atau keinginan untuk tetap hidup, perbuatannya seolah-olah diarahkan berjuang, baik sadar ataupun tidak mereka akan mempertahankan hidupnya
2.    Dirinya merupakan satu kesatuan  Kehidupan dan aktivitasnya diatur sedemikian rupa untuk melayani keinginan atau kepentingan dari dirinya, bahkan yang juga merupakan kepentingan jenisnya
3.    Sifat ketergantungan terhadap lingkungan, yang menyebabkan makhluk dengan lingkungan itu merupakan suatu kesatuan.  Artinya orgainisme dengan lingkungan tidak dapat dipisahkan secara mutlak tanpa menimbulkan perubahan-perubahan yang asasi pada masing-masing
4.    Memiliki berkemapuan untuk tumbuh dan berkembang.



Namun manusia mempunyai ciri khusus yang membedakannya dari makhluk hidup lain, yaitu:
1.    Semua tingkah laku manusia mengandung maksud ( purposive/purposeful)
2.    Raga dan jiwa manusia itu saling terikat erat dan merupakan suatu kesatuan
3.    Seorang makhluk manusia (individu manusia) dengan lingkungannya juga saling terikat erat dan merupakan satu kesatuan.  Lingkungan manusia dapat berupa lingkungan fisik, lingkungan sosial, berikut semua kepemilikannya, baik yang immaterial maupun material
4.    Seorang makhluk manusia itu tumbuh dan berkembang, fisiknya, inteleknya, emosinya, sosialnya dan spiritualnya.

Manusia adalah makhluk sempurna yang telah dibekali berbagai kekuatan untuk mengelola dan mengendalikan kehidupan. 
-          Dengan bentuk fisik dan indera yang sempurna ;sebaik-baiknya penciptaan;  manusia dapat bergerak dan beraktivitas optimum.  Hanya manusia yang mampu berjalan tegak dengan dua kaki, berlari, duduk, jongkok dan gerakan-gerakan lainnya.
-          Kekuatan akal yang menyempurnakan kelemahan fisik sehingga manusia mampu menaklukan dan menguasai makhluk lainnya. Akal diletakkan pada tempat yang layak, tidak meninggikannya hingga menjadi sesuatu yang dipertuhankan, tetapi juga tidak direndahkan atau dihinakan hingga penyandangnya tak ubahnya seperti hewan. 

Namun anugerah fisik, kekuatan pancaindera dan akal manusia memiliki keterbatasan.  Dengan menyadari kelemahan ini, manusia harus tunduk dan sujud kepada sesuatu.  Untuk itulah diperlukan kekuatan lain, yaitu hati.

-          Hati (qolbun), yang merupakan ‘raja’ pada diri manusia.  Hati ini yang mengendalikan kekuatan fisik dan akal,  ke  arah mana kedua kekuatan tersebut digunakan, apakah untuk membangun atau merusak kehidupan.

-          Kemampuan bersosial dan bermasyarakat.  Dengan bermasyarakat, kekuatan masing-masing individu akan terkumpul dan saling menutupi kelemahan-kelemahan yang ada
-          Fitrah beragama, yang mewarnai hati dengan nilai-nilai religi sehingga memerintahkan fisik dan akal serta mengarahkan kekuatan sosial kemasyarakatan untuk kemaslahatan umat

Wallahu’alam bishawab.
Karawang, November 2008



Daftar Pustaka:

1.    Landasan Kependidikan, Drs, Parsono dkk, Universitas Terbuka, 1999

2.    Pendidik dan Filsafat Pendidikan, H. Agus Marsidi, 8 September 2008, E-Learning BPPLSP Regional V

3.    Kepribadian Muslim, Dr. Irwan Prayitno, 2002, Pustaka Tarbiatuna, Bekasi

4.    Hakikat Kehidupan Dunia, Harun Yahya, http://www.harunyahya.com

5.    Al-Quran Digital versi 2.1, Agustus 2004, http://www.alquran-digital.com

6.    Seri Epistemologi,Al-Balagh Almubin, http://www.wisdom4all.com

7.    Filsafat Peciptaan menurut Al-Quran,Israaq.htm, wisdom4all.com

8.    Ringkasan Sejarah Filsafat, Dr. Kees Bertens, Kanisius 1983



(Ingin melanjutkan membaca? Silakan klik disini)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar