Sabtu, 12 Februari 2011

Kewirausahaan Menjadikan Siswa Mandiri


KEWIRAUSAHAAN
Menjadikan Siswa Mandiri

Teriknya siang hari tidak begitu dirasakan oleh sekelompok anak berbaju putih merah yang dikumpulkan di lantai 2 gedung ber-AC SMP Islam Terpadu Mentari Ilmu.   Dengan penuh semangat, sang guru yang berdiri di depan anak-anak bertanya, “Siapa diantara kalian yang bercita-cita menjadi pengusaha?” Hanya satu dari limapuluh enam anak yang mengacungkan tangannya.  Itulah yang terjadi enam bulan yang lalu, di hari kedua Masa Orientasi Siswa Baru SMP-IT Mentari Ilmu.

Sesungguhnya kita patut prihatin, minat siswa pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya terhadap sektor wirausaha sangat minim.  Masyarakat lebih tertarik menjadi pegawai negeri.  Saat ini, orang Indonesia yang menjadi wirausaha masih di bawah 1% dari total jumlah penduduk, atau tak lebih dari 2 juta orang. Sebagai perbandingan, jumlah wirausaha di Singapura hampir mencapai 10% dari jumlah penduduk.
Tidak hanya itu, mental wirausaha harus ditempa karena kemampuan wirausaha membuat seseorang bisa mandiri bahkan bisa menciptakan lapangan kerja. Upaya untuk memasukkan aspek kewirausahaan di sekolah telah lama diusahakan. Banyak sekolah yang telah memasukan aspek kewirausahaan di sekolah sebagai acara puncak dari sebuah tema pembelajaran dalam bentuk acara bazar atau pasar murah yang berlangsung di sekolah. Sayangnya yang jadi pelaku bisnisnya adalah orang tua siswa. Sementara siswa hanya duduk menonton dan berbelanja, tanpa menjadi pelaku aktif.  Padahal saat itu adalah saat yang tepat untuk membuat siswa mempunyai keterampilan menjual dan memasarkan sesuatu.
Ide untuk memasukkan aspek kewirausahaan di sekolah merupakan hal yang tidak bisa ditawar lagi. Oleh karena itu, kurikulum SMP-IT Mentari Ilmu meramu aspek kewirausahaan ini ke dalam berbagai kegiatan pembelajaran. Tahapan kewirausahaan yang dijalankan di SMP-IT Mentari Ilmu meliputi:
1.      Pembekalan kemampuan anak-anak dalam memproduksi sesuatu.  Hal ini dikembangkan dengan pembelajaran keterampilan dimana setiap siswa wajib memilih satu jenis keterampilan dengan pilihan: Tata boga, Tata Busana, Hasta Karya dan Robotik. Materi yang diajarkan mulai dari pembelian bahan baku, memproduksi hingga mengemas barang.  Contoh produk yang dihasilkan adalah gantungan kunci, tempat tissue, nugget ayam dan robot sensor api.   Target pembelajaran ini adalah siswa mampu menghasilkan suatu karya yang bernilai jual. (Gallery Foto 1)
2.      Stadium general atau kuliah umum mengenai marketing dan selling.  Siswa dilatih  untuk menghitung modal, menentukan jumlah produksi,  harga produk dan mengestimasi keuntungan yang akan diperoleh, termasuk pembukuannya.
3.      Guest Teacher, yaitu menghadirkan tokoh pengusaha sukses baik lokal maupun nasional untuk memotivasi dan memberi pencerahan tentang dunia kewirausahaan.
4.      Market Day, siswa terjun langsung menjual produk yang telah disiapkannya.  Hal yang menarik dari market day adalah bagaimana siswa mengembangkan kemampuan marketingnya, kemampuan mengajak, mempromosikan barang dan yang paling penting, bagaimana menarik calon pembeli untuk membeli produk mereka. (Gallery Foto 2)
Selain itu, aspek kewirasahaan sangat mendukung pembelajaran disekolah karena kedua-duanya sebenarnya saling berhubungan dan berkaitan satu sama lain. Dalam berwirausaha seseorang butuh untuk menghitung laba dan rugi (keterampilan matematika), meyakinkan pelanggan (keterampilan bahasa), membuat promosi yang menarik dan mengatur barang dagangan agar menarik (keterampilan seni rupa), membuat perhitungan keluar masuk barang (keterampilan computer).

 
 





Gallery Foto 1.    Kegiatan Keterampilan (searah jarum jam: Hasta karya, robotik, tata busana dan tata boga)

Dengan kewirausahaan, siswa belajar secara kontekstual, mengintegrasikan beberapa mata pelajaran dan membuat pembelajaran dikelas menjadi bermakna. Bayangkan proses siswa memilih produk yang akan dijual. Siswa juga membuat materi promosi untuk mempromosikan barang dagangan yang telah dipilih, lambang atau logo produk yang seperti apa yang kira-kira cocok.  Materi promosi tersebut bisa saja berupa sajak atau naskah lain yang mendukung usaha agar orang mau membeli produk yang akan dijual.   Daya juang dan kecerdasan adversity pun dilatih sehingga mereka berani dan tak mudah menyerah.
Ternyata, siswa tidak ingin menjadi pengusaha bukan karena mereka tidak berminat, melainkan karena kurang sosialisasi, pembiasaan dan pembudayaan untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan.  Terbukti, setelah enam bulan berlalu, dalam acara stadium general, ketika siswa ditanya siapa yang ingin menjadi pengusaha, hampir seluruh siswa mengacungkan tangannya...
 
Gallery Foto 2.    Kegiatan Market Day di Karawang Pawitan dan Karawang Expo